Rabu, 28 September 2011

DEMOGRAFI DAN KARAKTERISTIK KOTA

A. DEMOGRAFI KOTA

Demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah, yang strukturnya meliputi : Jumlah/populasi penduduk, Distribusi Persebaran dan Komposisi Penduduk. Struktur penduduk ini dapat selalu berubah-ubah dan perubahan ini disebabkan karena proses demografi yaitu : kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Jumlah penduduk berkaitan dengan spasial (keruangan). Oleh karena itu lah ilmu kependudukan (demografi) dibutuhkan dalam perencanaan selain itu, ilmu kependudukan juga membahas tentang perilaku masyarakat dan dampak yang ditimbulkan oleh penduduk baik dari segi komposisinya.

Karakteristik demografi sebuah kabupaten dapat dilihat dari ukuran dan pertumbuhan penduduk(fertilitas, mortalitas dan imigrasi), struktur penduduk(jenis kelamin, ratio umur penduduk), distribusi penduduk, komposisi rumah tangga (jumlah tanggungan dari setiap kepala keluarga) dan grafik migrasinya. Setiap karakteristik demografi membutuhkan ruang dalam pelaksanannya juga adanya aktivitas manusia yang terjadi dalamnya. Sedangkan perencanaan juga tidak terlepas dari pendekatan terhadap struktur masyarakat yang ada di ruang (wadah tempat manusia beraktivitas) sehinggga perencanaan tidak dapat terlepas dari demografi.

Lalu bagaimana ratio pertumbuhan penduduk di Indonesia? Salah satu contoh kabupaten yang dapat diamati adalah Kabupaten Semarang. Jumlah penduduk di Kabupaten semarang dari tahun ke tahun selau mengalami kenaikan dan pada tahun 2002 tercatat dengan 1.305.000 jiwa. Berdasarkan mata pencahariannya, penduduk Semarang dominan bekerja sebagai petani dan buruh hal itu disebabkan banyaknya lahan industri yang ada di Kabupaten Semarang.

Adanya perkembangan jumlah penduduk yang terus menerus meningkat dapat menimbulkan banyak masalah seperti semakin sempitnya ruang yang dibutuhkan untuk tinggal sehingga perlu adanya prediksi untuk berjaga-jaga untuk setiap kemungkinan yang ada. Prediksi yang dilakukan dapat mencakup tentang estimasi populasi di masa yang akan datang juga proyeksi terhadap jumlah rumah tangga yang akan ada.


B. KARAKTERISTIK KOTA

Kota merupakan sebuah wadah/tempat bagi orang-orang untuk melaksanakan segala aktivitasnya. Kota tidak dapat berdiri sendiri, perlu adanya interaksi dengan lingkungan sekitarnya (eksternal) dan dengan sistem kegiatan fungsional di dalamnya (internal). Jika dilihat dari pokok bahasan di bidang ilmu maka kota atau perkotaan dapat dipelajari di bidang geografi, sosiologi, engineering, planologi, dll.

Karakteristik kota dapat ditinjau dari berbagai berbagai aspek seperti:

a. aspek fisik (kawasan terbangun yang saling berdekatan, yang meluas dari pusatnya hingga ke wilayah pinggiran), contohnya: JOGLOSEMAR (Jogja, Solo, Semarang), dimana Semarang sebagai pusat industri dalam “golden triangle .

b. aspek sosial (konsentrasi penduduk yang membentuk suatu komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas melalui konsentrasi dan spesialisasi tenaga kerja). Ketika jumlah penduduk kota sudah melebihi dari prediksi yang diperkirakan penduduk rencana maka kebutuhan fasilitas dan utilitas dan ruang yang mewadahinya juga akan meningkat sehingga akan terjadi kesenjangan penyebaran penduduk kota dalam penyediaan fasilitas dan utilitas penunjangnya.


c. aspek ekonomi (memiliki fungsi sebagai penghasil produksi barang dan jasa, untuk mendukung kehidupan penduduknya dan untuk keberlangsungan kota itu sendiri).


Perencanaan kota/perkotaan merupakan salah jenis perencanaan berdasarkan hierarki spasial, yakni pada tingkat/skala kota atau kawasan perkotaan dan berorientasi pada titik aspek spasial dan tata guna lahannya, yang dimaksudkan untuk mewujudkan peningkatan kualitas lingkungan kehidupan dan penghidupan masyarakat kota dalam mencapai kesejahteraan.

PERMASALAHAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN SAMOSIR

Kabupaten Samosir merupakan salah satu kabupaten yang secara administratif berada dalam kawasan Provinsi Sumatera Utara dimana pulau ini dikelilingi danau yang dikenal dengan nama Danau Toba. Waktu tempuh yang diperlukan untuk menjangkau daerah ini dihitung dari Medan (ibu kota provinsi) sekitar 4-6 jam perjalanan melalui darat dan 45 menit lagi melalui laut (Danau Toba). Kabupaten Samosir merupakan kabupaten dimana sebagian besar pendapatan daerah ini diperoleh dari bidang pariwisata. Bidang pariwisata yang sangat dibanggakan di daerah ini ialah daya tarik alamnya yang sangat bagus.

Sebagai daerah pariwisata, Samosir seharusnya didukung dengan jaringan transportasi yang bagus. Jaringan transportasi yang dimiliki daerah ini yaitu jaringan jalan dan danau karena untuk menjangkau daerah ini maka harus menyeberangi danau Toba tersebut.Sayangnya sistem jaringan transportasi di daerah ini masih tergolong kurang karena tidak didukung dengan kondisi jalan yang bagus, jaringan jalan yang belum menjangkau seluruh masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan (di daerah Bukit Barisan) dan tidak didukung dengan sarana transportasi baik darat maupun danau yang memadai. Aktivitas masyarakat sebagian besar adalah bekerja di bidang perdagangan seperti menjual barang-barang suvenir juga menjual hasil alam dan budaya untuk dijual ke dalam maupun di sekitar kabupaten tersebut. Perdagangan yang ada di daerah ini belum memiliki sistem kelembagaan yang jelas sehingga setiap pedagang bebas menjual/membeli barang dari dalam mau pun luar pulau yang mengakibatkan kesemrawutan dalam proses distribusi barang. Aliran pergerakan yang timbul di dalam kabupaten ini adalah masyarakat yang melakukan perjalanan dari pusat aktivitas (Tomok sebagai pusat perbelanjaan)dan pusat pemerintahan (Pangururan ibu kota kabupaten) ke desa tempat mereka tinggal. Aliran pergerakan yang kedua adalah pergerakan masyarakat dari dalam ke luar pulau atau sebaliknya yang melakukan transaksi perdagangan atau rekreasi. Aliran pergerakan yang timbul tidak terlalu baik karena waktu tempuh yang menjadi sangat lama dan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan juga cukup mahal. Akibatnya jumlah wisatawan yang datang untuk berkunjung ke Samosir menjadi berkurang dari tahun ke tahun yang tentu saja akan merugikan masyarakat khususnya yang bermata pencaharian sebagai pedagang souvenir. Hal ini juga mengurangi jumlah pemasukan yang masuk ke pendapatan daerah Samosir.

Untuk mengatasi permasalahan aksesibiltas yang timbul di Kabupaten Samosir maka perlu diintervensi komponen penting yang mendukungnya yaitu transportasi dan aktivitas masyarakat di dalamnya. Jaringan transportasi harus diintervensi dengan memperbaiki kualitas jalan-jalan yang sudah tidak layak, membuat jaringan jalan baru yang mampu menjangkau ke daerah-daerah yang jauh dari pusat juga membuat aturan waktu bagi sarana transportasi agar beroperasi dengan waktu yang telah ditentukan sehingga dapat berfungsi secara optimal. Selain itu, perlu juga diadakan intervensi bagi aktivitas masyarakat pedagangnya agar membentuk suatu lembaga perdagangan agar lebih terstruktur dalam ditribusi barang.

Kamis, 19 Mei 2011

PENGARUH URBANISASI TERHADAP LINGKUNGAN PERKOTAAN DI INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Maraknya pembangunan di kota-kota besar di Indonesia dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Sebagai dampaknya, kota-kota tersebut akan menjadi magnet bagi penduduk untuk berdatangan mencari pekerjaan dan bertempat tinggal. Hal ini sering disebut dengan urbanisasi. Namun urbanisasi ini menimbulkan berbagai macam masalah karena tidak ada pengendalian di dalamnya. Masalah ini lah yang dihadapi Negara Indonesia saat ini yaitu pertumbuhan konsentrasi penduduk yang tinggi. Lebih buruk lagi, hal ini tidak diikuti dengan kecepatan yang sebanding dengan perkembangan industrialisasi. Masalah ini akhirnya menimbulkan fenomena yaitu urbanisasi berlebih.
Adanya urbanisasi yang berlebih ini telah menimbulkan berbagai masalah di Indonesia. Tidak hanya menimbulkan masalah di kota yang dituju namun juga menimbulkan masalah di desa yang ditinggalkan. Masalah yang terjadi kota antara lain yaitu meningkatnya angka kemiskinan sehingga pemukiman kumuhnya juga meningkat, peningkatan urban crime dan masih banyak masalah lain. Di desa juga akan timbul masalah diantaranya yakni berkurangnya sumber daya manusia karena penduduknya telah pergi ke kota, desa akhirnya tidak mengalami perkembangan yang nyata.
Urbanisasi dipicu adanya perbedaan pertumbuhan atau ketidakmerataan fasilitas pembangunan, khususnya antara daerah pedesaan dan perkotaan. Akibatnya, wilayah perkotaan menjadi magnet menarik bagi kaum urban untuk mencari pekerjaan. Dengan demikian, urbanisasi sejatinya merupakan suatu proses perubahan yang wajar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk atau masyarakat (Stark, 1991).
Perkembangan urbanisasi di Indonesia sendiri perlu diamati secara serius. Banyak studi memperlihatkan bahwa tingkat konsentrasi penduduk di kota-kota besar di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Studi yang dilakukan oleh Warner Ruts tahun 1987 menunjukkan bahwa jumlah kota-kota kecil (<100 ribu penduduk) sangat besar dibandingkan dengan kota menengah (500 ribu sampai 1 juta penduduk). Kondisi ini mengakibatkan perpindahan penduduk menuju kota besar cenderung tidak terkendali. Ada fenomena kota-kota besar akan selalu tumbuh dan berkembang, kemudian membentuk kota yang disebut kota-kota metropolitan. Salah satu kota yang telah mengalami hal ini adalah kota Jakarta sebagai ibu kita dari negara Indonesia sendiri. Dimulai sebagai kota besar kemudian berkembang menjadi kota metropolitan dan saat ini mengarah menjadi kota megapolitan.


B. Rumusan Masalah
Kondisi perkotaan yang semakin tidak terkendali akibat adanya urbanisasi yang berlebih, telah menimbulkan berbagai masalah baru seperti meningkatnya kriminalitas akibat kemiskinan, pengangguran besar-besaran, bertambahnya pemukiman kumuh, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan penyelesaian atas masalah ini agar tidak masalah ini tidak berkelanjutan.
Pada tahap ini juga akan dijelaskan tentang aspek-aspek positif mau pun negatif yang dimiliki masyarakat perkotaan atau masyarakat pedesaan. Dengan begitu, bentuk atau pengertian dari urbanisasi itu dapat dilihat dengan lebih jelas juga akibat/dampak yang ditimbulkannya terhadap kehidupan di kota.

C. Tujuan
Ada beberapa tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain yaitu :
 Mengetahui pengertian urbanisasi dilihat dari aspek yang berbeda
 Mengetahui hal-hal yang mengakibatkan terjadinya urbanisasi yang meliputi faktor pendorong mau pun faktor penarik terjadinya urbanisasi
 Mengetahui akibat yang ditimbulkan urbanisasi dalam kehidupan;
 Mengetahui cara pendekatan yang tepat dalam mengatasi masalah ubanisasi.




















BAB II
PENGARUH URBANISASI TERHADAP LINGKUNGAN
PERKOTAAN DI INDONESIA

A. Pengertian Urbanisasi
Pengertian urbanisasi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah, suatu proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Selain itu dalam ilmu lingkungan, urbanisasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengkotaan suatu wilayah. Proses pengkotaan ini dapat diartikan dalam dua pengertian. Pengertian pertama, adalah merupakan suatu perubahan secara esensial unsur fisik dan sosial-ekonomi-budaya wilayah karena percepatan kemajuan ekonomi. Contohnya adalah daerah Cibinong dan Bontang yang berubah dari desa ke kota karena adanya kegiatan industri. Pengertian kedua adalah banyaknya penduduk yang pindah dari desa ke kota, karena adanya penarik di kota, misal kesempatan kerja.
Pengertian urbanisasi ini pun berbeda-beda, sesuai dengan interpretasi setiap orang yang berbeda-beda. Dari suatu makalah Ceramah Umum di UNIJA, yang dibawakan oleh Ir. Triatno Yudo Harjoko pengertian urbanisasi diartikan sebagai suatu proses perubahan masyarakat dan kawasan dalam suatu wilayah yang non-urban menjadi urban. Secara spasial, hal ini dikatakan sebagai suatu proses diferensiasi dan spesialisasi pemanfaatan ruang dimana lokasi tertentu menerima bagian pemukim dan fasilitas yang tidak proporsional.
Pengertian lain dari urbanisasi, dikemukakan oleh Dr. PJM Nas dalam bukunya Pengantar Sosiologi Kota yaitu Kota Didunia Ketiga. Pada pengertian pertama diutarakan bahwa urbanisasi merupakan suatu proses pembentukan kota, suatu proses yang digerakkan oleh perubahan struktural dalam masyarakat sehingga daerah-daerah yang dulu merupakan daerah pedesaan dengan struktur mata pencaharian yang agraris maupun sifat kehidupan masyarakatnya lambat laun atau melalui proses yang mendadak memperoleh sifat kehidupan kota. Pengertian kedua dari urbanisasi adalah, bahwa urbanisasi menyangkut adanya gejala perluasan pengaruh kota ke pedesaan yang dilihat dari sudut morfologi, ekonomi, sosial dan psikologi.
Dari beberapa pengertian mengenai urbanisasi yang diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian urbanisasi adalah merupakan suatu proses perubahan dari desa ke kota yang meliputi wilayah/ daerah beserta masyarakat di dalamnya dan dipengaruhi oleh aspek- aspek fisik/ morfologi, sosial, ekonomi, budaya, dan psikologi masyarakatnya.



B. Latar belakang Terjadinya Urbanisasi
Latar belakang terjadinya urbanisasi pada negara industri maju dengan negara yang berkembang mempunyai beberapa perbedaan yang terdiri dari:
a. Negara Industri Maju
Pada negara industri maju, urbanisasi dimulai sejak industrialisasi, jadi industri merupakan titik tolak terjadinya urbanisasi. Penduduk kota meningkat lebih lambat dibandingkan di negara berkembang sedangkan pertumbuhan kota relatif lebih imbang (perbedaan tidak besar), sehingga dikatakan “proses urbanisasi merupakan proses ekonomi”
b. Negara Sedang Berkembang
Urbanisasi pada negara berkembang dimulai sejak PD II, urbanisasi merupakan titik tolak terjadinya industri (kebalikan dari negara industri maju), penduduk kota meningkat cepat sehingga urbanisasi tidak terbagi rata, semakin besar kotanya, semakin cepat proses urbanisasinya, adanya konsep “Primate City”., sehingga dikatakan “proses urbanisasi bersifat demografi”. Hal ini lah yang terjadi di Indonesia saat ini, yaitu berduyun-duyunnya masyarakat desa ke kota sehingga kota bertambah padat.
Faktor penyebab adanya urbanisasi adalah karena adanya faktor utama yang klasik yaitu kemiskinan di daerah pedesaan. Faktor utama ini melahirkan dua faktor penyebab adanya urbanisasi yaitu:
1. Faktor Penarik (Pull Factors)
Alasan orang desa melakukan migrasi atau pindah ke kota didasarkan atas beberapa alasan, yaitu:
1. Lahan pertanian yang semakin sempit
2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa, misalnya sarana hiburan yang belum memadai
5. Diusir dari desa asal, sehingga ke kota menjadi tujuan.
6. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya, karena tingkat upah di kota lebih tinggi
7. melanjutkan sekolah, karena di desa fasilitas atau mutunya kurang
8. pengaruh cerita orang, bahwa hidup di kota gampang cari pekerjaan, atau mudahnya membuka usaha kecil-kecilan
9. kebebasan pribadi lebih luas
10. adat atau agama lebih longgar
Dalam bukunya yang berjudul Redesain Jakarta TATA KOTA TATA KITA 2020, Ahmaddin Ahmad mengatakan bahwa “daya tarik kota besar bukan hanya luasnya lapangan kerja, tetapi juga yang mencakup daya tarik romantisme dan avounturisme kota yang penuh dengan hal yang heetrogen, keserbaenekaan, objek rekereasi dan seni yang beraneka ragam”.
2. Faktor Pendorong (Push Factors)
Di sisi lain kota mempunyai daya tarik, di pihak lain keadaan tingkat hidup di desa umumnya mempercepat proses urbanisasi tersebut, hal ini menjadi faktor pendorong timbulnya urbanisasi. Faktor pendorong yang dimaksud diantaranya adalah:
1. keadaan desa yang umumnya mempunyai kehidupan yang statis (tidak mengalami perubahan yang sangat lambat). Hal ini bisa terjadi karena adat istiadat yang masih kuat atau pun pengaruh agama.
2. keadaan kemiskinan desa yang seakan-akan abadi
3. lapangan kerja yang hampir tidak ada karena sebagian besar hidup penduduknya hanya bergantung dari hasil pertanian
4. pendapatan yang rendah yang di desa
5. keamanan yang kurang
6. fasilitas pendidikan sekolah atau pun perguruan tinggi yang kurang berkualitas
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa faktor utama penyebab timbulnya urbanisasi yang paling kuat adalah faktor ekonomi (menjadi motif utama para migran), selain itu disusul dengan faktor tingkat pendidikan. Penyebab lain dari terjadinya urbanisasi adalah karena terjadinya “overruralisasi” yaitu tingkat dan cara produksi di pedesaan terdapat terlalu banyak orang.

C. Dampak yang Ditimbulkan Urbanisasi
Akibat dari meningkatnya proses urbanisasi menimbulkan dampak-dampak terhadap lingkungan kota, baik dari segi tata kota, masyarakat, maupun keadaan sekitarnya. Dampak urbanisasi terhadap lingkungan kota antara lain:
1. Dampak positif
Pandangan yang positif terhadap urbanisasi, melihat urbanisasi sebagai usaha pembangunan yang menyeluruh, tidak terbatas dalam pagar administrasi kota. Selain itu kota dianggap sebagai “agen modernisasi dan perubahan”. Mereka melihat kota sebagai suatu tempat pemusatan modal, keahlian, daya kreasi dan segala macam fasilitas yang mutlak diperlukan bagi pembangunan.
Tanggapan lain adalah bahwa kita tidak mungkin membayangkan bagaimana pertumbuhan dan keadaan Jakarta sekarang ini dan juga pusat-pusat industri di dunia lainnya bisa tercapai bila seandainya tidak ada urbanisasi
Kelompok tertentu berpendapat bahwa proses urbanisasi hanyalah suatu fenomena temporer yang tidak menghambat pembangunan. Dan menekankan bahwa kota merupakan suatu “leading sector” dalam perubahan ekonomi, sosial dan politik. Urbanisasi merupakan variable independen yang memajukan pembangunan ekonomi.

2. Dampak negatif
Di Indonesia, persoalan urbanisasi sudah dimulai dengan digulirkannya beberapa kebijakan 'gegabah' orde baru. Pertama, adanya kebijakan ekonomi makro (1967-1980), di mana kota sebagai pusat ekonomi. Kedua, kombinasi antara kebijaksanaan substitusi impor dan investasi asing di sektor perpabrikan (manufacturing), yang justru memicu polarisasi pembangunan terpusat pada metropolitan Jakarta. Ketiga, penyebaran yang cepat dari proses mekanisasi sektor pertanian pada awal dasawarsa 1980-an, yang menyebabkan kaum muda dan para sarjana, enggan menggeluti dunia pertanian atau kembali ke daerah asal.
Arus urbansiasi yang tidak terkendali ini dianggap merusak strategi rencana pembangunan kota dan menghisap fasilitas perkotaan di luar kemampuan pengendalian pemerintah kota. Beberapa akibat negatif tersebut akan meningkat pada masalah kriminalitas yang bertambah dan turunnya tingkat kesejahteraan.
Dampak negatif lainnnya yang muncul adalah terjadinya “overurbanisasi” yaitu dimana prosentase penduduk kota yang sangat besar yang tidak sesuai dengan perkembangan ekonomi negara. Selain itu juga dapat terjadi “underruralisasi” yaitu jumlah penduduk di pedesaan terlalu kecil bagi tingkat dan cara produksi yang ada.
Pada saat kota mendominasi fungsi sosial, ekonomi, pendidikan dan hirarki urban. Hal ini menimbulkan terjadinya pengangguran dan underemployment. Kota dipandang sebagai inefisien dan artificial proses “pseudo-urbanisastion”. Sehingga urbanisasi merupakan variable dependen terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dampak negatif lainnya yang ditimbulkan oleh tingginya arus urbanisasi di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan. Pertambahan penduduk kota yang begitu pesat, sudah sulit diikuti kemampuan daya dukung kotanya. Saat ini, lahan kosong di daerah perkotaan sangat jarang ditemui. ruang untuk tempat tinggal, ruang untuk kelancaran lalu lintas kendaraan, dan tempat parkir sudah sangat minim. Bahkan, lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) pun sudah tidak ada lagi. Lahan kosong yang terdapat di daerah perkotaan telah banyak dimanfaatkan oleh para urban sebagai lahan pemukiman, perdagangan, dan perindustrian yang legal maupun ilegal. Bangunan-bangunan yang didirikan untuk perdagangan maupun perindustrian umumnya dimiliki oleh warga pendatang. Selain itu, para urban yang tidak memiliki tempat tinggal biasanya menggunakan lahan kosong sebagai pemukiman liar mereka. hal ini menyebabkan semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan.
2. Menambah polusi di daerah perkotaan. Masyarakat yang melakukan urbanisasi baik dengan tujuan mencari pekerjaan maupun untuk memperoleh pendidikan, umumnya memiliki kendaraan. Pertambahan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang membanjiri kota yang terus menerus, menimbulkan berbagai polusi atau pemcemaran seperti polusi udara dan kebisingan atau polusi suara bagi telinga manusia. Ekologi di daerah kota tidak lagi terdapat keseimbangan yang dapat menjaga keharmonisan lingkungan perkotaan.
3. Penyebab bencana alam. Para urban yang tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal biasanya menggunakan lahan kosong di pusat kota maupun di daerah pinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk mendirikan bangunan liar baik untuk pemukiman maupun lahan berdagang mereka. Hal ini tentunya akan membuat lingkungan tersebut yang seharusnya bermanfaat untuk menyerap air hujan justru menjadi penyebab terjadinya banjir. Daerah Aliran Sungai sudah tidak bisa menampung air hujan lagi.
4. Pencemaran yang bersifat sosial dan ekonomi. Kepergian penduduk desa ke kota untuk mengadu nasib tidaklah menjadi masalah apabila masyarakat mempunyai keterampilan tertentu yang dibutuhkan di kota. Namun, kenyataanya banyak diantara mereka yang datang ke kota tanpa memiliki keterampilan kecuali bertani. Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa bekerja sebagai buruh harian, penjaga malam, pembantu rumah tangga, tukang becak, masalah pedagang kaki lima dan pekerjaan lain yang sejenis. Hal ini akhitnya akan meningkatkan jumlah pengangguran di kota yang menimbulkan kemiskinan dan pada akhirnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, orang – orang akan nekat melakukan tindak kejahatan seperti mencuri, merampok bahkan membunuh. Ada juga masyarakat yang gagal memperoleh pekerjaan sejenis itu menjadi tunakarya, tunawisma, dan tunasusila.
5. Penyebab kemacetan lalu lintas. Padatnya penduduk di kota menyebabkan kemacetan dimana-mana, ditambah lagi arus urbanisasi yang makin bertambah. Para urban yang tidak memiliki tempat tinggal maupun pekerjaan banyak mendirikan pemukiman liar di sekitar jalan, sehingga kota yang awalnya sudah macet bertambah macet. Selain itu tidak sedikit para urban memiliki kendaraan sehingga menambah volum kendaraan di setiap ruas jalan di kota.
6. Merusak tata kota. Pada negara berkembang, kota-kotanya tdiak siap dalam menyediakan perumahan yang layak bagi seluruh populasinya. Apalagi para migran tersebut kebanyakan adalah kaum miskin yang tidak mampu untuk membangun atau membeli perumahan yang layak bagi mereka sendiri. Akibatnya timbul perkampungan kumuh dan liar di tanah-tanah pemerintah.
Tata kota suatu daerah tujuan urban bisa mengalami perubahan dengan banyaknya urbanisasi. Urban yang mendirikan pemukiman liar di pusat kota serta gelandangan-gelandangan di jalan-jalan bisa merusak sarana dan prasarana yang telah ada, misalnya trotoar yang seharusnya digunakan oleh pedestrian justru digunakan sebagai tempat tinggal oleh para urban. Hal ini menyebabkan trotoar tersebut menjadi kotor dan rusak sehingga tidak berfungsi lagi.

D. Cara Mengatasi Masalah Urbanisasi
Masalah urbanisasi ini dapat ditangani dengan memperlambat laju pertumbuhan populasi kota yaitu diantaranya dengan membangun desa , adapun program-program yang dikembangkan diantaranya:
• intensifikasi pertanian
• mengurangi/ membatasi tingkat pertambahan penduduk lewat pembatasan kelahiran, yaitu program Keluarga Berencana
• memperluas dan mengembangkan lapangan kerja dan tingkat pendapatan di pedesaan
• program pelaksanaan transmigrasi
• penyebaran pembangunan fungsional di seluruh wilayah
• pengembangan teknologi menengah bagi masyarakat desa
• pemberdayaan potensi utama desa
• perlu dukungan politik dari pemerintah, diantaranya adanya kebijakan seperti reformasi tanah
Berdasarkan kebijakan tersebut, maka yang yang berperan adalah pemerintah setempat dalam penerapannya. Pemerintah daerah perlu berbenah diri dan perlu mengoptimalkan seluruh potensi ekonomi yang ada di daerah, sehingga terjadi kegiatan ekonomi dan bisnis yang benarbenar berorientasi pada kepentingan warganya. Tapi bukan berarti pemerintah daerah saja yang berperan, di tingkat pusat, pemerintah juga perlu membuat kebijakan lebih adil dan tegas terkait pemerataan distribusi sumber daya ekonomi. Arus balik ialah fenomena tahunan. Banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik untuk mengantisipasi meledaknya jumlah penduduk perkotaan dengan segala macam persoalannya.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Urbanisasi adalah masalah penyebaran penduduk yang tidak merata antara wilayah desa dengan wilayah kota yang dapat menimbulkan beragam permasalahan dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat. Urbanisasi merupakan salah satu proses yang tercepat di antara berbagai perubahan sosial di seluruh dunia termasuk Indonesia sendiri. Masyarakat yang melakukan urbanisasi memiliki beberapa alasan dilihat dari faktor pendorong dan penarik. Faktor-faktor tersebut bisa mengarahkan masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang layak, tetapi hal tersebut hanya bisa terlaksana bila para urban memiliki skill yang dibutuhkan di daerah tujuan.
Urbanisasi menimbulkan banyak masalah diantaranya yakni minimnya lahan kosong di daerah perkotaan, meningkatkan kemacetan, pencemaran yang bersifat sosial dan ekonomi, menambah polusi di daerah perkotaan dan masalah yang palng signifikan yaitu meningkatnya angka kemiskinan.
Masalah yang ditimbulkan urbanisasi begitu banyak, oleh karena itu perlu perlu penanganan yang serius dari pemerintah daerah, dan juga pemerintah pusat. Namun pada akhirnya, berbagai upaya yang dilakukan untuk mengurangi urbanisasi memerlukan kerja sama dari berbagai pihak mulai dari pemerintah dan penduduknya. Tanpa adanya sinergisitas dalam melaksanakan upaya penekanan urbanisasi, maka urbanisasi akan terus terjadi.

B. Saran
Urbanisasi merupakan proses yang wajar dan tidak perlu dicegah pertumbuhannya. Karena, proses urbanisasi tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Namun demikian, proses urbanisasi tersebut perlu diarahkan agar tidak terjadi tingkat primacy yang berlebihan. Pada saat ini pemerintah telah mengembangkan dua kelompok kebijaksanaan untuk mengarahkan proses urbanisasi, yaitu mengembangkan apa yang dikenal dengan istilah “urbanisasi pedesaan” dan juga mengembangkan “pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru”.
Salah satu kebijaksanaan yang perlu dibuat pemerintah adalah pemisahan kawasan di daerah perkotaan, misalnya dengan memisahkan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Dengan begitu, hanya daerah pusat ekonomi saja yang diserbu oleh para urbanisasi sementara daerah pusat pemerintahan tetap stabil. Sehingga angka urbanisasinya tidak mengalami peningkatan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Ahmaddin.2002. Redesain Jakarta Tata Kota Tata Kita 2020. Jakarta: KotaKitaPress

Gilbert, Alan & Josef Gugler. 1996. Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. Ed. Anshori & Juanda. Jakarta: PT. Tiara Wacana Yogya
Hans dan Dieter Evers. 1979. Sosiologi Perkotaan : Urbanisasi dan Sengketa Tanah di Indonesia dan Malaysia. Jakarta: LP3ES
Marbun, BN. 1990. Kota Indonesia Masa Depan Masalah dan Prospek. Edisi kedua. Erlangga: Jakarta.
Suparlan, Parsudi (ed.). 1995. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
http://robbyalexandersirait.wordpress.com/2007/10/05/urbanisasi-mobilitas-dan-perkembangan-perkotaan-di-indonesia/ diakses tanggal 26 november 2010

RELATIONSHIP

SCENE 3 th (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) A.  SMS-AN/ CHAT Cewe : Aku kangen nih sama kamu sayang. Huhu  Kapan ya...