Salah satu gagasan
yang paling menarik dan tidak terpikirkan dari buku Misi Umat Allah oleh Christopher J. H. Wright dengan Junathan Lunde
sebagai editor umumnya ialah Bab 3 yang berbicara tentang “Umat yang Peduli
dengan Ciptaan”. Meskipun bab ini masih sangat tergolong bab awal namun banyak
hal yang benar-benar dibukakan. Walaupun bab-bab lain membuat saya lebih
tercengang dan takjub namun bab ini membuka hal yang selama ini tidak
terpikirkan saya sebelumnya. Kata ciptaan
yang digunakan di dalamnya benar-benar tidak terduga.
Ketika kalimat
pembukanya yang mengatakan bahwa, “Alkitab tidak dimulai dengan Kejadian 3
(kejatuhan manusia dalam dosa) dan ditutup dengan Wahyu 20 (kerajaan 1000
tahun) tetapi dimulai dengan penciptaan (Kejadian 1:1) dan ditutup
dengan Wahyu 21:1 tentang adanya langit baru” tidak terlalu memberikan arti
yang mendalam bagi saya. Namun setelah membaca lebih lanjut, ternyata banyak
hal yang baru saya ketahui saat membaca bagian per bagian dan saya
menikmatinya. Ketika Allah mengatakan di Kejadian 1-2 tentang TAKLUKKANLAH DAN
BERKUASALAH; LAYANI DAN PELIHARA, maka saya berpikir, “Saya telah mengetahui
itu! Tidak ada yang baru dengan kalimat itu”. Namun ketika Chirstoper
menjelaskan lebih banyak lagi tentang arti dari perintah Allah yang pertama
tersebut (Kej. 1: 28), saya kemudian bertanya pada diri saya sendiri, “Dengan
cara apa saya bisa mentaati perintah Allah tersebut dalam kehidupan saya?”.
Jawabannya ada di bagian akhir dari tulisan ini.
Ketika Allah menciptakan
manusia (laki-laki dan perempuan) segambar denganNya (Imago Dei) dan diberikan
kekuasaan untuk berkuasa atas ciptaanNya maka kita harus melakukan sesuai
dengannya dengan cara meneladani tabiat dan nilai Allah sebagai Raja.
Bercirikan hikmat, kuasa kebaikan, anugerah, belas kasihan, kesetiaan,
kemurahan, perlindungan, keadilan dan kasih. Kita adalah pelayan ciptaan (Kej.
2:15) yang ditugaskan untuk mengerjakan dan memelihara. Mengerjakan = melayani dan memelihara
= menjaga sesuatu agar tetap aman. Itulah yang harus dikerjakan manusia,
melakukan keadilan alkitabiah dalam ciptaan non manusia dengan berkuasa atasnya
dengan cara melayani dan memedulikannya.
Tujuan dari semua
ciptaan ialah memuliakan dan menikmati Allah yang dirasakan secara bersama
dengan makhluk ciptaan lainnya. Sebagai manusia, kita memuliakan Allah dengan
semua yang merefleksikan Allah yang di dalam gambarNya kita diciptakan. Bukan
hanya manusia, bahkan seluruh ciptaan juga telah memuji Allah (Lih. Mazmur
104:27-28). Hal yang bisa ditangkap dari nats ini ialah, “Ketika kita memelihara ciptaan,
kita berbagi dengannya tujuan mulia untuk memuliakan Allah. Sebaliknya jika
kita gagal, kita mengurangi kapasitas ciptaan dalam memuliakan Allah”. Kalimat
yang begitu mendalam! Ketika kita gagal dalam menjaga ciptaanNya (tidak hanya
menjaga manusia tapi juga hewan dan tumbuhan serta segala isi bumi yang sudah
disediakan bagi kita) maka kita telah mengurangi kapasitas yang lain untuk
menyembahNya. Menurut saya, kita telah mengambil bagian/mencuri sesuatu yang
seharusnya dipunyai Allah sang Pencipta, Raja kita. Kita sebagai bagian dari
ciptaan tidak layak dan tidak diperkenankan melakukan itu.
Mengapa Allah sangat
menekankan untuk menjaga dan memelihara ciptaanNya yaiu bumi? Bumi telah banyak
mengalami hal dalam hidup kita. Menyediakan kebutuhan kita dan hidup menderita
bersama kita. Ketika Allah menghukum Adam dan Hawa, bumi turut mendapatkan
bagian dari amarah Allah tersebut. Begitu juga ketika Allah menghukum Kain yang
membunuh Habel adiknya, bumi juga dikenakan kutuk. Intinya terdapat hubungan
antara bumu dan manusia yang sangat dekat yang diilustrasikan sbb:
Manusia serakah à bumi menderita, à artinya menghasilkan
Bumi menderita à manusia menderita, à membawa
Allah telah mengutus
AnakNya untuk menebus dosa manusia, benarkah hanya itu misi yang diberikan
Allah kepada Yesus? Menyelamatkan orang berdosa (1 Tim 1:15)? Ternyata bukan
hanya itu. Yesus Kristus memperdamaikan segala
sesuatunya dengan salib (Kolose 1:15-23). Segala sesuatunya berarti tidak
hanya manusia bukan? Hal ini lah yang membuka pemikiran saya yang sangat besar.
Ternyata Allah tidak hanya menyiapkan manusia agar berelasi kembali denganNya
tetapi seluruh ciptaanNya juga turut diperdamaikan. Sehingga pemikiran saya
tentang mencapai surga ialah dengan bermisi terhadap sesama, gereja dan dunia,
selalu berada dalam lingkup manusia yang saya perhitungkan. Ternyata perlu ada
misi ekologis yang harus aku pandang sebagai landasan untuk bermisi yang
sesungguhnya.
Inti yang bisa saya
ambil dari bab ini ialah: Alam adalah
bagian dari ciptaan yang juga memiliki tujuan untuk memuliakan Allah dan saya
(manusia) ditunjuk oleh sang Penciptanya sendiri untuk mengerjakan dan
memelihara mereka (alam). Dan karena saya (manusia) diciptakan seturut dengan
gambar sang Pencipta tersebut maka saya harus melaksanakan tugas saya itu
sesuai dengan cara sang Pencipta yaitu Allah lakukan. Jika saya tidak melakukan
tugas saya dengan baik maka saya telah mengurangi kapasitas mereka (alam) dalam
memuliakan Allah dan itu seharusnya tidak dapat dilakukan karena saya dan alam
memiliki kewajiban yang sama dalam Memuliakan DIA. Hal ini sangat membuka
pemikiran saya untuk berfikir ulang tentang misi hidup yang harus saya pilih karena
tidak hanya memikirkan manusia lagi sebagai ladang misi utama namun juga
memikirkan bumi dengan segala isinya. J